Header Ads

MagazinesPianoQQ | Ini Kampung 'Batman' di Maros, Ribuan Kelelawar Tak Makan Buah Warga

Ini Kampung Batman di Maros, Ribuan Kelelawar Tak Makan Buah Warga


MagazinesPianoQQ - Sudah lebih dari 40 tahun, warga Dusun Parang Tinggia, Sulawesi Selatan, hidup rukun berdampingan dengan puluhan ribu ekor kelelawar yang bergelantungan di setiap pohon. Tapi tak satu pun kelelawar yang merusak, apalagi memakan tumbuhan, seperti pisang dan mangga, yang ditanam warga. 

Begitu pun sebaliknya, warga Desa Jene Taesa, Kecamatan Simbang, Maros, sangat menjaga kelestarian kelelawar. Tak satu pun warga yang berani mengusik, apalagi menangkap. Bahkan, jika ada kelelawar yang sakit dan jatuh dari pohon, oleh warga dirawat bagaikan binatang peliharaan sendiri. 

Saat petang, puluhan ribu ekor kelelawar ini keluar dari kampung itu untuk mencari makanan. Mereka biasanya ke arah hutan di pegunungan karst yang tak jauh dari dusun itu. Saat subuh, kelelawar ini pun kembali ke kampung itu. 
"Kami di sini sudah seperti satu keluarga. Mereka memang binatang, tapi sepertinya mengerti menjaga harmoni dengan kami. Mereka mencari makanan di hutan," kata seorang warga, Nuraeni,






Kelelawar ini dulu dipelihara oleh seorang tokoh adat setempat. Namanya Kamaruddin Daeng Pawata. Pria yang diperkirakan berumur 80 tahun ini mengaku awalnya memelihara tiga ekor kelelawar yang ia beli dari seseorang di daerah Takalar. 

Tiga kelelawar ini akhirnya berkembang biak yang hingga saat ini jumlahnya sudah mencapai puluhan ribu ekor. Bahkan, Kamaruddin sudah tidak mampu mengenali tiga kelelawar yang awalnya ia pelihara di rumahnya. 

"Awalnya saya beli tiga ekor dari seseorang di Takalar. Saya pelihara di rumah saya dulu. Lama-lama karena terus banyak, mereka pindah ke pohon. Akhirnya sekarang sudah ada puluhan ribu ekor," terangnya. 

Dari bentuk fisiknya, kelelawar yang ada di dusun ini terbilang langka dan jauh berbeda dengan jenis kelelawar yang juga hidup berdampingan dengan warga di Kota Soppeng, Sulawesi Selatan. Kelelawar ini memiliki bulu putih di dadanya

Beberapa peneliti, baik lokal maupun mancanegara, sudah pernah datang ke dusun itu. Mereka penasaran terhadap jenis kelelawar itu yang ada di dusun ini karena jenisnya hanya bisa ditemukan di daerah Amerika Latin. 

"Sangat beda dengan yang ada di Soppeng. Kelelawar ini punya ciri bulu putih di dadanya. Banyak peneliti yang sudah datang karena penasaran dari mana asal kelelawar ini," lanjutnya. 

Bagi Kamaruddin dan warga setempat, keberadaan kelelawar ini juga menjadi berkah tersendiri. Sebab, hama padi, seperti wereng dan burung yang merusak tanaman, takut mendekat dengan adanya kelelawar ini. 

No comments

Powered by Blogger.